HORMON TESTOSTERON
A.
Sel/jaringan/organ penghasil testosteron
Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen.Penghasil utama
testosterone adalah testis pada jantan dan indung telur
(ovari) pada betina, walaupun sejumlah kecil hormone ini juga dihasilkan oleh zona
retikularis korteks kelenjar adrenal. Hormon ini merupakan
hormone seks jantan utama dan merupakan steroid
anabolik. Baik pada jantan maupun betina, testoren memegang peranan
penting bagi kesehatan. Fungsinya antara laina dalah meningkatkan libido,
energi, fungsiimun, dan perlindungan adaterhadaposteoporosis. Secara rata-rata, jantan dewasa
menghasilkan testosterone sekitar duapuluh kali lebih banyak dari pada betinadewasa.
(Pearce,
Evelin C. 2010).
B.
Struktur dan sifat kimia
Testosteron hormone utama pada testis, hormone ini disentesa
dari androstenedion yang disekresikan oleh korteks adrenal. Androstenedion juga
terteron, namun jalur ini kurang berperan penting pada manusia. Dehidroepiandrosteron
dan androstenedion kemudian berubah menjadi testosteron.sekresi testostero berada
dibawah kendali LH, dan mekanisme LH
dalam merangsang sel Leydig adalah melalui peningkatan pembentukan CAMP melalui reseptor berbentuk ular dari LH dan GAMP
siklik meningkatnya pembentukan kolestroldari ester kolesteril dan perubahan kolesteril
menjadi pregnenolon melalui aktivitas protein kinase A.
Kristal-kristal testosterone berbentuk jarum-jarum
dengan titik lebur 115oC. Testosterone tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam alhohol, eter, dan pelarut organic lain. Hormone ini membentuk
ester dengan asam asetat, asam butirat, asam palmitat, asam benzoat. (Sumardjo, Drs.Damin.
2006).
C.
Mekanisme pelepasan
Kolesterol
sebagai bahan dasar untuk biosintesis berasal dari plasma darah dalam bentuk
LDL dan sebagian disintesis didalam sel Leydig. Masuknya kolesterol LDL adalah melalui
penangkapan kolesterol LDL reseptor pada permukaan sel Leydig. Jalur sintesis
testosterone adalah melalui pregnenolon kemudian diubah menjadi
17-OH-prognenolon, berubah lagi menjadi androstenediol dan akhirnya tersintesin
testosterone. (Guyton and Hall.1997).
D.
Sel/jaringan/organ target
Sebelum
testosterone menjadi bioaktif biasanya androgen ini harus diubah terlebih dahulu
menjadi dihidrotestosteron pada sel-sel
“target”. Androgen pada umumnya sangat dibutuhkan untuk perkembangan sifat-sifat
seks primer maupun sekunder pada laki-laki.
Testosterone
sebagian besar disekresikan oleh sel Sertoli didalam jaringan testis yang
berada diantara jaringan-jaringan interstitial yang hanya merupakan sekitar 5%
dari seluruh jaringan testis.
E.
Mekanisme kerja pada sel/jaringan/organ yang
bersangkutan
Pada laki-laki, testosteron
disintesis terutama dalam sel Leydig. Jumlah
sel Leydig pada gilirannya
diatur oleh luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating
hormone (FSH). Selain itu, jumlah testosteron diproduksi oleh sel Leydig yang ada di
bawah kendali LH, yang mengatur ekspresi 17-β
hidroksisteroid dehidrogenase. (Payne AH, O'Shaughnessy P.1996). Jumlah testosteron
disintesis diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis-testis. (Swerdloff RS, Wang C, Bhasin S. April 1992). Ketika kadar testosteron rendah,
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dilepaskan oleh
hipotalamus, yang pada gilirannya merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan FSH dan
LH. Kedua kedua
hormon merangsang testis untuk mensintesis testosteron. Akhirnya, meningkatkan
kadar testosteron melalui umpan balik negatif lingkaran bertindak pada hipotalamus dan hipofisis untuk
menghambat pelepasan GnRH dan FSH / LH.
F. Respon
sel/jaringan/organ target
Mekanisme inter selular dasar dari kerja testosterone dihasilkan dari
peningkatan kecepatan pembentukkan protein dalam sel-sel target. Hal ini dipelajari
secara ekstensif dalam kelenjar prostat, salah satu organ yang paling di pengaruhi
oleh testosteron. Dalam kelenjar ini, testosterone memasukki sel dalam waktu beberapa
menit setelah disekresikan, kemudian diubah, di bawah pengaruh enzim-enzim intra
selular 5-alpha-reduktase, menjadi dihidrotestosteron, dan berikatan dengan sebuah
“protein reseptor” sitoplasma. Penggabungan ini kemudian bermigrasi kedalam nukleus
di mana terjadi lagi pengikatan dengan sebuah protein dan menginduksi proses
transkripsi DNA-RNA. Dalam waktu 30 menit, RNA-polimera setelah menjadi aktif
fan konsentrasi RNA mulai meningkat dalam sel ; keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan
yang progresifdari protein sel. Setelah beberapa hari, jumlah DNA dalam kelenjar
juga meningkat dan bersama dengan itu juga terdapat peningkatan jumlahs el-selprostatik.
Oleh karena itu, testosterone sangat merangsang pembentukkan
protein secara umum dimana saja dalam tubuh, walaupun peningkatan protein yang
lebih khusus dalam organ-organ “target” tersebut berperan pada perkembangan sifat
seksual sekunder. (Guyton and Hall.1997).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Guyton
and Hall. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. 1997. EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
2.
Sumardjo,
Drs.Damin. Pengantar Kimia, Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran. 2006. Penerbit Buku Kedokteran EGC
3.
Pearce, Evelin C. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.
2010. PT Gramedia Pustaka Utama.
4.
Payne AH, O'Shaughnessy P (1996). "Structure, function, and regulation of steroidogenic enzymes in
the Leydig cell". In Payne AH, Hardy MP, Russell LD. Leydig Cell. Vienna [Il]: Cache River
Press. pp. 260–285.
5.
Swerdloff RS, Wang C, Bhasin S (April 1992).
"Developments in the control of testicular function". Baillieres Clin.
Endocrinol. Metab. 6 (2): 451–83. Yoseph Indrayanto.
Andropause.
6. http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/ANDROPAUSE.pdf.
(5 Mei 2014, pukul 7:49)
7. http://eprints.undip.ac.id/29353/3/Bab_2.pdf (5
Mei 2014, pukul 8:14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar