Selasa, 27 Mei 2014

HORMON TESTOSTERON

HORMON TESTOSTERON

A.    Sel/jaringan/organ penghasil testosteron

Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen.Penghasil utama testosterone adalah testis pada jantan dan indung telur (ovari) pada betina, walaupun sejumlah kecil hormone ini juga dihasilkan oleh zona retikularis korteks kelenjar adrenal. Hormon ini merupakan hormone seks jantan utama dan merupakan steroid anabolik. Baik pada jantan maupun betina, testoren memegang peranan penting bagi kesehatan. Fungsinya antara laina dalah meningkatkan libido, energi, fungsiimun, dan perlindungan adaterhadaposteoporosis. Secara rata-rata, jantan dewasa menghasilkan testosterone sekitar duapuluh kali lebih banyak dari pada betinadewasa. (Pearce, Evelin C. 2010).

B.    Struktur dan sifat kimia
Testosteron hormone utama pada testis, hormone ini disentesa dari androstenedion yang disekresikan oleh korteks adrenal. Androstenedion juga terteron, namun jalur ini kurang berperan penting pada manusia. Dehidroepiandrosteron dan androstenedion kemudian berubah menjadi testosteron.sekresi testostero berada dibawah kendali LH, dan mekanisme  LH dalam merangsang sel Leydig adalah melalui peningkatan pembentukan CAMP melalui reseptor berbentuk ular dari LH dan GAMP siklik meningkatnya pembentukan kolestroldari ester kolesteril dan perubahan kolesteril menjadi pregnenolon melalui aktivitas protein kinase A.
Kristal-kristal testosterone berbentuk jarum-jarum dengan titik lebur 115oC. Testosterone tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alhohol, eter, dan pelarut organic lain. Hormone ini membentuk ester dengan asam asetat, asam butirat, asam palmitat, asam benzoat. (Sumardjo, Drs.Damin. 2006).


C.    Mekanisme pelepasan
Kolesterol sebagai bahan dasar untuk biosintesis berasal dari plasma darah dalam bentuk LDL dan sebagian disintesis didalam sel Leydig. Masuknya kolesterol LDL adalah melalui penangkapan kolesterol LDL reseptor pada permukaan sel Leydig. Jalur sintesis testosterone adalah melalui pregnenolon kemudian diubah menjadi 17-OH-prognenolon, berubah lagi menjadi androstenediol dan akhirnya tersintesin testosterone. (Guyton and Hall.1997).

D.     Sel/jaringan/organ target
Sebelum testosterone menjadi bioaktif biasanya androgen ini harus diubah terlebih dahulu menjadi dihidrotestosteron pada sel-sel “target”. Androgen pada umumnya sangat dibutuhkan untuk perkembangan sifat-sifat seks primer maupun sekunder pada laki-laki.
Testosterone sebagian besar disekresikan oleh sel Sertoli didalam jaringan testis yang berada diantara jaringan-jaringan interstitial yang hanya merupakan sekitar 5% dari seluruh jaringan testis.


E.    Mekanisme kerja pada sel/jaringan/organ yang bersangkutan
Pada laki-laki, testosteron disintesis terutama dalam sel Leydig. Jumlah sel Leydig pada gilirannya diatur oleh luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Selain itu, jumlah testosteron diproduksi oleh sel Leydig yang ada di bawah kendali LH, yang mengatur ekspresi 17-β hidroksisteroid dehidrogenase. (Payne AH, O'Shaughnessy P.1996). Jumlah testosteron disintesis diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis-testis. (Swerdloff RS, Wang C, Bhasin S. April 1992).  Ketika kadar testosteron rendah, gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dilepaskan oleh hipotalamus, yang pada gilirannya merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan FSH dan LH. Kedua kedua hormon merangsang testis untuk mensintesis testosteron. Akhirnya, meningkatkan kadar testosteron melalui umpan balik negatif lingkaran bertindak pada hipotalamus dan hipofisis untuk menghambat pelepasan GnRH dan FSH / LH.

F.    Respon sel/jaringan/organ target
Mekanisme inter selular dasar dari kerja testosterone dihasilkan dari peningkatan kecepatan pembentukkan protein dalam sel-sel target. Hal ini dipelajari secara ekstensif dalam kelenjar prostat, salah satu organ yang paling di pengaruhi oleh testosteron. Dalam kelenjar ini, testosterone memasukki sel dalam waktu beberapa menit setelah disekresikan, kemudian diubah, di bawah pengaruh enzim-enzim intra selular 5-alpha-reduktase, menjadi dihidrotestosteron, dan berikatan dengan sebuah “protein reseptor” sitoplasma. Penggabungan ini kemudian bermigrasi kedalam nukleus di mana terjadi lagi pengikatan dengan sebuah protein dan menginduksi proses transkripsi DNA-RNA. Dalam waktu 30 menit, RNA-polimera setelah menjadi aktif fan konsentrasi RNA mulai meningkat dalam sel ; keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan yang progresifdari protein sel. Setelah beberapa hari, jumlah DNA dalam kelenjar juga meningkat dan bersama dengan itu juga terdapat peningkatan jumlahs el-selprostatik.
Oleh karena itu, testosterone sangat merangsang pembentukkan protein secara umum dimana saja dalam tubuh, walaupun peningkatan protein yang lebih khusus dalam organ-organ “target” tersebut berperan pada perkembangan sifat seksual sekunder. (Guyton and Hall.1997).

DAFTAR PUSTAKA
1.      Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 1997. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2.      Sumardjo, Drs.Damin. Pengantar Kimia, Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. 2006. Penerbit Buku Kedokteran EGC
3.      Pearce, Evelin C. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. 2010. PT Gramedia Pustaka Utama.
4.      Payne AH, O'Shaughnessy P (1996). "Structure, function, and regulation of steroidogenic enzymes in the Leydig cell". In Payne AH, Hardy MP, Russell LD. Leydig Cell. Vienna [Il]: Cache River Press. pp. 260–285.
5.      Swerdloff RS, Wang C, Bhasin S (April 1992). "Developments in the control of testicular function". Baillieres Clin. Endocrinol. Metab. 6 (2): 451–83. Yoseph Indrayanto. Andropause.
6.      http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/ANDROPAUSE.pdf. (5 Mei 2014, pukul 7:49)
7.      http://eprints.undip.ac.id/29353/3/Bab_2.pdf  (5 Mei 2014, pukul 8:14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar